Senin, 10 Mei 2010
KEMEREBAKAN tawuran antarsiswa sekolah akhir-akhir ini mengundang perhatian khusus masyarakat. Sebagian menganggap ada kesalahan dalam penerapan sistem pendidikan di Indonesia sehingga perilaku siswa menyimpang dari norma kesusilaan.

Tawuran, pencurian, bahkan penodongan makin mencoreng muka dunia pendidikan. Tampaknya hampir tak ada perbedaan antara anak yang terdidik dan tak terdidik.

Keadaan semacam itu memicu kegelisahan masyarakat, khususnya orang tua. Tak ayal, muncul keyakinan fenomena itu akan melunturkan kepercayaan masyarakat terhadap wibawa dunia pendidikan.

Bila akar permasalahan dan jalan keluar permasalahan itu tak segera dicari, bisa jadi pendidikan di Indonesia hanya akan menjadi simbol. Dan, sekolah dianggap tak berperan signifikan dalam pembentukan pribadi manusia seutuhnya.

Berbagai masalah muncul di dunia pendidikan dalam membentuk kepribadian siswa. Sebab, dunia pendidikan di Indonesia masih sangat kurang dalam membina kecerdasan emosional siswa. Karena itu, perlu penguatan dan tindak lanjut dalam mewujudkan kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses pendidikan. Dengan kecerdasaan emosional, diharapkan peserta didik dapat membangun sikap terpuji yang muncul dari hati dan akal.

Itulah sikap kasih sayang, empati, kemampuan bekerja sama, berkomunikasi, dan kepedulian terhadap sesama.

Kecerdasan emosional adalah potensi psikologis yang bersifat positif dan perlu dikembangkan. Dalam ranah pendidikan, berbagai ciri yang menandakan kecerdasan emosional terdapat dalam tingkah laku “akhlak”. Akhlak menjadi tolok ukur utama karena merupakan wujud kecerdasan emosional.

Banyak pakar menilai kecerdasan emosional menempati posisi teratas dalam menentukan keberhasilan seseorang. Sebab, ditengarai kecerdasan emosional memungkinkan seseorang dapat membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan orang lain.

Sejalan dengan pernyataan itu, sekolah sebagai tempat pembentukan karakter seseorang harus mampu mewujudkan kecerdasan emosional siswa.
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan kecerdasan emosional. Pertama, sekolah harus mengarahkan siswa untuk merespons berbagai macam masalah yang muncul di masyarakat.

Dengan demikian, tak ada dinding pemisah antara dunia pendidikan dan dunia kehidupan di masyarakat.

Kedua, memberikan pengetahuan tentang arti penting komunikasi dan kepedulian terhadap sesama sehingga siswa termotivasi lebih banyak bersosialisasi dengan orang lain.

Ketiga, guru hendaknya tak henti-henti menumbuhkan optimisme dan percaya diri pada siswa, sehingga tak muncul sikap minder, mudah putus asa, ketika berhadapan dengan berbagai persoalan hidup.

Kecedasan emosional merupakan bagian dari potensi manusia yang harus dimunculkan oleh dunia pendidikan. Jadi, kelak, terbentuk siswa yang bisa mengamalkan nilai-nilai kebajikan sesuai dengan fitrah manusia. (53)

- Ma’as Shobirin SPdI, guru MA Uswatun Hasanah, Tugu, Semarang
 

0 komentar: